Salah sahiji katuangan khas ti Ciamis, boh kanggo tuangeun jalmi atanapi tuangeun lauk (kumargi dijantenkeun eupan), nyaeta THE GALENDO. Di handap ieu artikel anu dicutat ti TribunJabar. Wilujeng tuang Galendo...
BELAJAR dari pengalaman tahun lalu, pengrajin galendo, makanan khas Ciamis terbuat dari kelapa, Mang Endut Rohedi kini menyediakan stok galendo dua kali lipat menghadapi libur panjang Lebaran 2008.
"Tahun lalu kami kami hanya menyediakan stok galendo 1,5 ton. Tetapi pada H+3 sudah habis, sementara pemudik terus berdatangan dan banyak kecele karena tak kebagian. Makanya tahun ini kami menyiagakan stok tiga ton," kata Mang Endut Rohedi kepada Tribun, Senin (29/9).
Mang Endut adalah salah seorang dari segelintir pengrajin galendo yang masih terus bertahan memproduksi makanan khas Ciamis tersebut. Ia tak hanya mempertahankan keaslian galendo tetapi juga memperoduksi galendo kontemporer dengan segala inovasinya.
Diantaranya berupa galendo rasa asli, yakni galendo yang dibungkus dengan anyaman bambu kemudian dikemas lagi dengan kotak plastik mirip kemasan brownis. Kemudian galendo rasa keju, rasa pisang dan rasa wijen. Galendo ala Oreo, galendo ala silverqueen hingga galendo bubuk.
Di antara berbagai jenis galendo tersebut menurut Mang Endut, galendo rasa asli yang dibungkus anyaman bambu tetap merupakan jenis galendo yang paling digemari (favorit). Dari 3.000 bungkus galendo rasa asli yang sudah distok, sekarang hanya tersisa 1.000 bungkus.
"Sebagian sudah dibeli perantau maupun pejabat Ciamis yang mau pulang ke kampung atau ke kotanya masing-masing. Bahkan juga banyak pemudik yang sengaja mampir ke sini meski belum Lebaran," imbuhnya.
Sedangkan untuk anak muda menurut Mang Endut pihaknya menyediakan galendo dengan berbagai variasi dan inovasi dalam kesan tampilan lebih gaul. Harga galendo pun bervariasi mulai dari Rp 3.000 sampai Rp 32.500, tergantung jenis dan bentuk.
Selain melipatgandakan stok, menghadapi Lebaran tahun ini menurut Mang Endut, ia juga menghadirkan galendo dengan kemasan baru yang lebih percaya diri baik berupa kemasan dus, tas jinjing dan yang terbaru adalah kemasan mika mirip brownis serta pembungkus mengkilat untuk galendo ala silverqueen.
Hal baru yang penting diperhatikan, jika dulu galendo produksi Mang Endut hanya bertahan 15 hari sampai satu bulan, sekarang dengan teknologi vakum, galendo Mang Endut bisa bertahan 3-5 bulan.
"Dengan teknologi vakum, kadar air dan kadar tengiknya bisa diatasi. Untuk seluruh kemasan kami mencantumkan masa kedaluwarsa," tegasnya. Untuk pembuatan stok tiga ton itu Mang Endut mengerahkan 15 pekerja dengan 6 tungku yang terjerang sejak awal bulan puasa lalu sampai hari ke-25 puasa.
Tiap tungku menghabiskan 260 butir kelapa per hari. "Jadi untuk stok tiga ton galendo tersebut dibutuhkan 36.000 butir kelapa. Saya mencari kelapa butiran yang berkualitas sampai ke Banjar dan Banjarsari dengan harga Rp 2.000/butir," ujar Mang Endut.
Dengan turunnya harga minyak curah CPO yang berdampak pada turunnya harga minyak keletik, menurut Mang Endut, menghadapi Lebaran tahun ini ia lebih berkosentrasi pada galendo.
"Beberapa bulan terakhir, permintaan terhadap minyak keletik menurun karena harga minyak curah CPO juga sudah turun. Makanya sekarang kami lebih kosentrasi pada galendo. Tetapi minyak keletik tetap diproduksi," tambahnya.
Untuk memperoleh galendo produksi Mang Endut ini tak terlalu sulit. Para pemudik bisa langsung ke saung galendo Mang Endut di Jalan Kapten Harsono Sudiro lingkungan Cilame. Di dapur galendo Mang Endut ini sekarang sudah dilengkapi tempat parker yang memadai.
Jadi rombongan pemudik yang menggunakan bus besar tak begitu kerepotan lagi seperti Lebaran tahun lalu. Di dapur galendo Mang Endut ini juga bisa memperoleh makanan khas Ciamis lainnya sebagai oleh-oleh seperti rangginang, dodol salak, sale SBY suka senang, dan lain-lain.
Selain itu galendo Mang Endut juga bisa didapatkan di 17 titik penjualan lainnya, yakni Pasar Manis Ciamis, Toko Kue Samudra, Toko Kue Cap Payung, Toko Kue Hejo, Toko Kue Puncak di sekitar Alun-Alun Ciamis.
Kemudian di toko kue Sinarjaya Jalan Letjen Suwarto Kota Banjar, show room sale Sukasenang di jalanraya Ciamis-Banjar Km 6, toko-toko sekitar Mesjid Baitul Amanah (Mesjid Itje) Jamanis Rajapolah Tasikmalaya.
Abon Rancapetir
Selain galendo dan minyak keletik, Ciamis juga punya makanan khas lainnya yakni abon dan dendeng sapi. Nasib pengrajin abon khas Ciamis, tak jauh beda dengan nasib pengrajin galendo.
Sebagai daerah sentra kelapa rakyat, tempo dulu membuat galendo dan minyak kletik merupakan tradisi yang dilakukan hampir di setiap rumah. Tapi kini hanya segelintir warga Ciamis yang masih bertahan memproduksi galendo tersebut. Demikian juga dengan abon. Di awal tahun 1950-an hampir setiap rumah di Lingkungan Rancapetir adalah pembuat abon skala home industri.
"Setelah harga daging terus melambung sejak tahun 1980-an banyak warga Rancapetir yang berhenti membuat abon. Yang bertahan sekarang sekitar tiga KK," ujar Didi Sukardi, Ketua RT 02 RW 28 Lingkungan Rancapetir kepada Tribun.
Meski sekarang hanya segelintir warga Ciamis yang masih bertahan memproduksi galendo dan abon, namun kedua jenis makanan khas Tatar Galuh tersebut tetap diburu. Terlebih pada suasana lebaran semacam sekarang ini.
Hal tersebut diakui oleh Novi Mustikadewi (25) generasi ketiga usaha kerajinan abon dan dendeng sapi pusaka asli cap "Rajawali" yang dikelola secara turun temurun di rumahnya di Jalan Rancapetir No 27 Ciamis.
"Mulai pekan kedua puasa sudah banyak yang pesan abon dan dendeng ke sini, katanya untuk oleh-oleh mudik," kata Novi. Ketika masyarakat yang akhir-akhir ini dihebohkan dengan beredarnya daging busuk maupun daging sapi gelonggongan, permintaan abon sapi Ciamis tak juga berkurang.
"Justru yang berpengaruh itu adalah larangan bagi pejabat untuk menerima parsel. Tahun lalu banyak pesanan abon dan dendeng untuk parsel. Tapi Lebaran tahun sekarang jauh menurun. Mungkin karena ada larangan pejabat menerima parsel, pesanan abon untuk parsel juga berkurang," ungkap ibu dua anak yang kembar tersebut.
Novi tidak khawatir dengan isu peredaran daging busuk dan daging gelonggongan yang sekarang menjadi sorotan masyarakat. Karena daging busuk tak mungkin dibuat jadi abon karena dagingnya sudah terlanjur busuk dan serat-serat sudah rusak alias busuk.
Demikian juga daging gelonggongan tak mungkin menghasilkan abon yang berkualitas karena tingginya kadar air dalam daging. "Rugi dong kita beli daging gelonggongan, yang kita beli daging, bukan air Kami tak pernah pakai daging gelonggongan, daging impor apalagi daging busuk. Daging yang dipakai untuk pembuatan abon di sini adalah daging sapi segar dari pasar lokal. Kami selalu mempertahankan kualitas," tegas Novi.
Pada hari biasa, empat hari sekali Novi mendatangkan satu kwintal daging sapi dari pejagalan Tasikmalaya. Daging sapi dari rumah pemotongan hewan lokal dibelinya dalam keadaan segar pada pagi hari. Sekwintal daging sapi tersebut akan menghasilkan 40 kg abon dan 40 dendeng.
Pada bulan puasa, frekuensi pembuatan abon "Rajawali" ini juga diperbanyak. "Pada hari biasa bikinnya empat hari sekali. Tapi kalau mau lebaran seperti sekarang ini kita bikinnya dua hari sekali. Sekali bikin dibutuhkan 100 kg daging, daging segar. Kita hanya pakai daging segar makanya belinya pagi-pagi ke pajagalan," ujarnya.
Setiap menjelang lebaran, permintaan abon Rancapetir ini meningkat tajam dibandingkan hari biasanya. "Makanya kita menyediakan stok dua kali lipat dari biasanya. Pembeli datang sendiri ke sini, soalnya kami tidak membuka cabang atau tempat penjualan di tempat lain, kecuali di sini," ungkap Novi.
Dibandingkan dengan lebaran tahun 2007 lalu, harga abon dan dendeng sapi khas Rancapetir ini pun mengalami kenaikan. Harga abon Rp 145.000/kg (lebaran tahun 2007 hanya Rp 130.000/kg, sementara harga dendeng naik jadi Rp 140.000/kg (lebaran tahun 2007 hanya Rp 125.000/kg.
Untuk mempertahankan kualitas abon dan dendeng khas Pusaka Asli Cap Rajawali menurut Novi tak hanya jeli memilih daging sebagai bahan dasar tetapi juga konsisten dengan resep yang digunakan secara turun menurun.
"Kami tak pernah menggunakan bawang apalagi bahan pengawet, semuanya alamiah," imbuh Novi yang didampingi suaminya. Dengan ramuan alamiah tersebut menurut Novi, abon buatan keluarganya tersebut bisa bertahan selama sebulan sementara dendeng usia segarnya hanya dua pekan.
"Kalau disimpan di kulkas memang bisa tahan agak lebih lama. Beda dengan abon yang bisa dimakan langsung, sementara dendeng harus digoreng dulu sebelum dimakan. Untuk mendapatkan kualitas gorengan dendeng yang enak dan gurih dianjurkan dendeng mentahnya dicelupkan dalam minyak hangat dulu kemudian digoreng dalam minyak panas," saran Novi.
Usaha abon dan dendeng sapi Pusaka Asli Cap Rajawali pertama kali dirintis aslmarhum Ny Ilah pada tahun 1968, kemudian dilanjutkan oleh anaknya, Ny Hj Nunung sampai sekarang. "Saya hanya membantu-bantu ibu saya," ujar Novi.(*)
sumber: http://tribunjabar.co.id
Aduh alhamdulillah aya warga cilame nya anu janten saodagar galendo ciri khas oleh-oleh asal ciamis sok didoakeun ku rai sing majeng usahana tiasa ngaberdayakeun ka para pangangguran nu linggih di sabuderen bumina mang endut gaduh padamelan
ReplyDeleteCik atuh barudak,,ulah ngadahar kadaharan urang kulon wae...sakali kali mah urang teh kudu ngadahar galendo,,supaya apal yen etateh dahareun khas kota manis,Ciamis tea.....sing emut kana budaya urang sorangan....
ReplyDeletecik atuh barudak,,urang teh ulah ngadahar kadaharan urang kulon wae...sakali kali mah urang teh kudu ngadahar GALENDO,,sangkan urang apal yen etateh kadaharan khas kota manis ,,CIAMIS tea...Urang kudu mikacinta kabudayaan sorangan...
ReplyDeleteLeres Kang Iwan, mugia weh tiasa janten lantaran kanggo pemberdayaan warga sabudeureunana...
ReplyDeleteKang Zef165, muhun Kang... ulah dugi ka teu terangeun ka budaya urang sorangan nya...
ReplyDeletegalendo meutingna masih keneh seungit ieu teh...? tos lami teu nyium galendo....kkkk
ReplyDeletekunaon disebat galendonya????????????????
ReplyDeleteduka atuh nya, admin teu pati paos... cobi urang antosan manawi aya anu tiasa ngawaler...
ReplyDeleteari alamat lengkapna dmn nya pa???abdi teh hoyong terang
ReplyDeletealamtna dimana?
ReplyDeleteManawi aya nu terang di mana pengrajin Galendo.
ReplyDeletePami aya nu terang kirim ka email abdi di bagir8@yahoo.com.
Hatur nuhun
heu,, heu,,, galendo....
ReplyDeleteasa ingeut keur jaman keur budak, lamun kolot tas ngeuleuntik, ngadahar galendo dicampur make gula... hmmmm enak oge heu,, heu,,
Galendo Mari kita Lestarikan dan Budayakan kembali.
ReplyDeleteMangga Dipersilakan mampir ke website saya www.galendo.com bagi anda-anda yang sedang berada di luar kota Ciamis yang mau mendapatkan galendo, bisa beli online dengan cara pesan via website. Lebih mudah dan Praktis... :)
Salam,
www.galendo.com
hhmmmm.. meni tos lami teu mendak galendo.....
ReplyDeleteenak2......
ReplyDeleteEnak hehe
ReplyDeleteButuh Galendo dan Minyak kletik
ReplyDeletekami jual di : https://www.tokopedia.com/galendocirebon