Tulisan ini merupakan penggalan pertama dari tulisan lengkap mengenai sejarah Snouck Hurgronje di Ciamis, yang pernah dimuat dengan judul Tentang Keris Ketemu Tutup pada majalah-tempointeraktif. Semoga bermanfaat untuk penambah wawasan sejarah kita.
Tentang Keris Ketemu Tutup
Alkisah, suatu hari di tahun 1890, Profesor Christiaan Snouck Hurgronje dipersilakan menyunting gadis-gadis menak di Ciamis, Jawa Barat. "Mangga, silakan pilih sendiri gadis yang paling sreg," kira-kira begitu tawaran yang disodorkan oleh keluarga Bupati Ciamis, Raden Arya Kusumasubrata.
Tawaran ini klop betul dengan hasrat di hati Snouck, yang ketika itu berusia 33 tahun. Dia segera berkeliling Ciamis mencari-cari si gadis tambatan hati. Alamak, jantungnya berdesir saat menyaksikan Sangkana, putri Raden Haji Muhamad Taik, penghulu di Ciamis. Snouck segera menetapkan pilihan: Sangkana yang bakal dia persunting.
Raden Haji Taik sejatinya tidak setuju. Apalah Snouck ini, orang dari negeri jauh Belanda yang belum teruji betul bobot, bibit, dan bebet-nya. Apalagi Sangkana juga disebut-sebut takut terhadap orang asing. Namun, kekuasaan sang Bupati tak bisa terelakkan. Akhirnya, masih di tahun 1890, Snouck Hurgronje resmi menikahi Sangkana.
Begitu menikah, setiap tahun pasangan ini dikaruniai satu anak hingga di tahun 1895 mereka sudah memiliki empat anak. Tahun 1896, Sangkana mengalami keguguran dan meninggal bersama calon bayi yang kelima.
"Snouck pun jadi duda," demikian penuturan Nina Herlina Lubis, sejarawan dari Universitas Padjadjaran, Bandung.
Namun, tak sampai dua tahun menduda, Snouck kembali menikah dengan mojang Sunda. Kali ini dia memilih Siti Sadiah, putri Kalipah Apo, bangsawan yang juga wakil penghulu di Bandung—kini nama Kalipah Apo dijadikan nama jalan di kawasan Alun-Alun Bandung. Dari Siti Sadiah, Snouck memiliki satu anak bernama Raden Yusuf. Ketika Yusuf baru berumur 18 bulan, "Snouck pulang ke Belanda dan tak pernah lagi menginjakkan kaki di tanah Bandung," kata Nina.
Dr. P.S. Koningsveld, peneliti dari Belanda, pernah menelusuri riwayat pernikahan Snouck dengan Siti Sadiah. Seperti terungkap dalam wawancara Koningsveld dengan Kompas (6 Februari 1983), keluarga Kalipah Apo yakin benar akan keislaman Tuan Snouck. Tidak mungkin kiranya seorang wakil kepala penghulu, posisi penting bagi masyarakat muslim, membiarkan putrinya dinikahi Snouck jika dia tidak yakin benar bahwa Snouck adalah muslim lahir dan batin.
Koningsveld juga sempat bertemu dengan Yusuf, yang sebetulnya tidak sempat mengenal Snouck dengan akrab. Raden Yusuf mengatakan, ibunya yakin dengan mutlak bahwa suaminya adalah muslim. Snouck disebut rajin sembahyang, puasa, juga telah disunat.
Berdasarkan penuturan Nina, dan referensi dari berbagai buku, wartawan TEMPO mencoba melakukan napak tilas jejak Snouck Hurgronje di Jawa Barat. Pelacakan yang tergolong rumit, karena tidak tercatat dengan pasti siapa saja nama anak keturunan Snouck dan di mana mereka tinggal.
Pertama, TEMPO mendatangi Raden Haji Djuhes Thojib, 80 tahun, yang merupakan anak Raden Bakri Muhamad Saleh, menak terakhir yang menjadi penghulu Ciamis di tahun 1960. Siapa tahu, Kang Uhes—sapaan Raden Haji Djuhes—bisa menceritakan jejak-jejak masa lalu Snouck yang antropolog kenamaan di zaman kolonial Belanda ini.
"Memang benar," tutur Kang Uhes. Maksudnya, Snouck memang pernah menikahi Sangkana, putri penghulu Ciamis. "Yang masih saya ingat, satu dari keempat anak Snouck-Sangkana bernama Raden Ibrahim. Parasnya indo, hidungnya mancung," tuturnya. Raden Ibrahim sudah meninggal, tahun 1976, dan dikuburkan di pemakaman khusus keturunan penghulu di belakang Jalan Warung Asem, Ciamis.
Betul, ketika TEMPO mendatangi pemakaman tersebut, terlihat sebuah nisan bertuliskan nama R. Ibrahim. Dia dilahirkan di Jakarta, 31 Desember 1894, atau satu tahun sebelum Sangkana meninggal. Kemungkinan besar Ibrahim inilah anak bungsu dari pasangan Snouck-Sangkana. Hanya, tidak tersedia bukti autentik semisal akta atau dokumen tertulis lain yang bisa menguatkan.
bersambung ke bagian 2
Apakah cerita ini benar adanya?
ReplyDelete