Showing posts with label seni. Show all posts
Showing posts with label seni. Show all posts
CIAMIS, (KP).- Maestro sinden Ronggeng Gunung asal Desa Ciulu, Kecamatan Banjarsari Raspi atau lebih dikenal dengan Bi Raspi Go Internasional, tampil nyinden dalam acara Biennal Singapure 2013 di Singapure Art Musim, Kamis (24/­10/2013) mendatang.

Kepergiannya diajak oleh seniman rupa Tisna Senjaya yang berniat mengkolaborasikan seni rupa, seni tarik suara dan seni tari ke dalam seni kontemporer. Untuk seniman tari Tisna menggandeng Nanu Muda Munajat dosen STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) Ban­dung.

Ketua Bidang Seni dan Buda­ya LSM BADAR (Bank Daulat Rakyat) Pandu Radea saat ditemui Minggu (20/10­/2013) me­ngatakan, ini pertama kalinya maestro sinden Ronggeng Gunung asal Ciamis manggung di tingkat internasional. Namun Pandu menya­yang­kan, karena sampai saat ini belum ada kepedulian dari pemerintah setempat.

Hari ini Senin (21/10/2013) LSM Badar yang di ketua Johan akan beraudensi dengan Bupati. “Kami akan menjelaskan tentang kepergian Bi Raspi ke Singapura dan akan me­nanya­kan bagaimana kepedulian pemerintah dalam melestarikan budaya asli Ciamis,” kata Johan.

Sementara itu Kepala Bidang Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Ciamis Agus Yani saat dihubungi melalui telepon Minggu (20/10/2013) akan membantu keberangkatan Bi Raspi ke Singapura. “Jika dilihat dari anggaran tidak ada anggaran untuk hal itu, tetapi saya akan membantu keberangkatan Bi Raspi ala­kadar­nya,” ujar Agus. E-36***

sumber: kabar-priangan.com
KARINDING alat musik khas tradisi Sunda yang berawal hanya sebagai alat pengusir hama padi sawah, kini terus bertahan berkolaborasi dengan alat musik modern. Tak gamang tampil dipanggung - panggung pertunjukan memperdengarkan harmonisasi bunyi yang bisa bikin merinding.

Dalam tradisi Sunda, alat musik karinding ini amatlah sederhana. Baik dari bahan baku dan cara membuatnya maupun cara menggunakannya. Di Pasir Mukti Tasikmalaya maupun Cikalong Kulon Cianjur, karinding biasanya dibuat dari pelepah kawung (aren). Biasanya dimainkan oleh kaum laki-laki, bentuknya amat sederhana dan pendek sehingga bisa disimpan dalam tempat rokok.

Sementara jenis karinding terus berkembang saat ini adalah karinding yang terbuat dari bambu. Yang semula berkembang di Limbangan atau Cililin. Karinding bambu biasanya dimainkan oleh kaum ibu-ibu. Sehingga tak terheranlah bila bentuk karinding dari bambu ini biasa dibuat seperti tusuk konde yang runcing dibagian ujungnya. Sehinga bisa berfungsi yakni sebagai tusuk sanggul sekaligus juga alat musik.

Namun di Kelompok Seni 'Karinding Nyengsol' Sanggar/Yayasan Galuh Etnik asal Dusun Margajaya Desa Winduraja Kawali, satu kelompok seni karinding yang ada di Tatar Galuh Ciamis. Dari empat pemain karinding hanya seorang perempuan. Selebihnya laki-laki.

"Total anggota rombongan seni dari Galuh Etnik ini 13 orang, yang main karinding empat orang. Dari 4 pemain karinding, hanya seorang perempuan. Yakni Resi Siti Saadah, anak saya yang nomor dua, kini masih duduk di kelas 1 SMP," ujar Ajus Gusmara (39), pimpinan kelompok seni 'Karinding Nyengsol' Sanggar Galuh Etnik kepada Tribun Selasa (26/3) lalu.

Di kelompok 'Karinding Nyengsol' ini, alat musik karinding tak berdiri sendiri, namun berkolaborasi dengan alat musik lainnya yang semuanya terbuat dari bambu seperti telempung renteng, telempung biasa, tartiwi (gitar kecapi awi), bastiwi (bas kecapi awi), saluang, kabasa, suling, rebab, hingga terompet. Modifikasi alat musik modern dengan bahan dasar bambu.

"Semua serba bambu. Tidak hanya alat musiknya. Tempat penyimpanan karinding pun terbuat dari tabung bambu khusus yang diukir," ujar Ajus yang mengaku mengembangkan 'Karinding Nyengsol' ini sejak tahun 2006 lalu.

Dan sekarang kelompok musik perkusi 'Karinding Nyengsol' ini diperkuat 13 orang pemain. Mulai dari Ajus Gusmara, Taufik, Karso dan Ressi Siti Saadah, semuanya pemegang karinding. Kemudian Ato Rahman (celempung), Ujang Rahmat (terompet dan suling), Esa Ganesa (tartiwi), Dadan (kabasa dan saluang), Pandu Radea (bastiwi), Mumu (rebab dan celempung), serta tiga orang vokalis mulai dari Rarah Siti Suhaibah, Azis dan Melqi. "Rarah anak sulung saya yang masih sekolah di Aliyah. Di kelompok ini dua anak saya sudah ikut bergabung, Resi dan kakaknya Rarah," ujar Ajus lagi.

Meski kental tradisi dan etnik, menurut Ajus, kelompok 'Karinding Nyengsol' yang dipimpinnya tidak tabu untuk mengkolaborasikan karinding dengan seni tradisi lainnya seperti reog, calung, maupun bobodoran. Seperti saat tampil menghibur peserta rapat koordinasi KB dan Pemberdayaan Masyarakat tingkat Kabupaten Ciamis di Aula PKK Pendopo Ciamis, Selasa (26/3) lalu. (tribun Jabar/sta)

sumber: TRIBUNNEWS.COM
Beberapa foto yang ditampilkan pada laman situs resmi pemprov Jabar sepatutnya membuat warga Ciamis berbangga atas khazanah seni yang dimilikinya, terutama seni batik. CiamisManis.com pernah mengangkat kembali tulisan tentang sejarah batik Ciamis dan menyusur sisa kejayaan batik Ciamis.

Foto-foto batik Ciamis dapat menjadi penawar rasa ingin tahu publik tentang corak batik yang dimiliki Tatar Galuh. Selama ini banyak masyarakat Ciamis sendiri yang belum mengetahui keberadaan batik Ciamis.




Batik Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna Garutan. Motif batik di daerah Ciamis : parang sontak, rereng seno, rereng sintung ageung, kopi pecah, lepakan, rereng parang rusak, rereng adu manis, kumeli, rereng parang alit, rereng useup, rereng jenggot, rereng peuteuy papangkah.



Pemuatan foto-foto batik Ciamis yang ditujukan untuk mengenalkan, mengangkat dan mempromosikan usaha batik Ciamis, terlihat agak kontras dengan foto plang nama koperasi batik sudah kusam dan kotor. Di sisi lain gambar plang nama tersebut mungkin menggambarkan kondisi dunia perbatikan Ciamis yang belum cerah dan bersinar. Usaha memajukan batik Ciamis masih membutuhkan perhatian dan kesungguhan berbagai pemangku kepentingan.

(CiamisManis.com/sumber: Pemprov Jabar)

Kegiatan menyulam busana muslimah menjadi ajang usaha sambilan kalangan ibu rumah tangga dan remaja di Dusun Kubangsari Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa, sambil mengisi waktu di bulan suci Ramadhan.

Eti (30), penyulam asal Dusun Kubangsari, Minggu (22/7), mengatakan, Bulan Suci Ramadhan sering mendatangkan berkah bagi para penyulam busana muslim atau perlengkapan shalat muslimah.

Sebab, kata Eti, pada umumnya ibu-ibu rumah tangga disana banyak yang mempunyai keahlian menyulam pakaian. Meski dia akui, kebanyakan ibu-ibu tersebut mendapat order dari pengusaha bordir asal Desa Bayasari Kec. Rajadesa .

Namun begitu, lanjut Eti, bagi warga di Tanjungsari kegiatan menyulam busana/ pakaian muslimah menjadi usaha yang bisa diandalkan untuk menyambung kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.

Di tempat yang sama, Yoyoh (25), mengatakan, pada waktu bulan puasa, order sulaman busana/ pakaian muslimah menjadi lebih banyak, ketimbang dengan order sulaman saat hari-hari biasa.

Menurut Yoyoh, permintaan juga omset busana muslim dengan hiasan bordir atau sulam di bulan suci Ramadhan meingkat tajam. Kadangkala, karena saking banyaknya permintaan, dia sering harus menolak order menyulam.

“Paling juga dilempar kepada orang lain. Soalnya kapasitas produksi saya dalam sehari terbatas,” ungkapnya.

Yoyoh menambahkan, dalam sehari paling banter dia haya bisa menyelesaikan sulaman dua potong busana muslim. Itupun, kata dia, seandainya pengerjaannya tidak terganggu dengan kegiatan yang lain.

“Sulaman busana yang sudah jadi, bisanya diambil oleh pengusaha empat hari sekali,” katanya.

Menurut informasi warga, kegiatan menyulam atau membordir pakaian/ busana muslim di Dusun Kubangsari tidak hanya dilakukan kalangan ibu-ibu pada bulan suci Ramadhan saja, melainkan dilakukan juga pada saat hari-hari biasa.

Bahkan, tidak hanya kaum ibu, sebagian kalangan bapak (laki-laki), juga mengandalkan pendapatan dari usaha tersebut. Selain busana muslim, produk desain bordir dan sulam warga di Kubangsari, meliputi kebaya, selendang, seprai pengantin, alas meja, dan lainnya.

sumber: harapanrakyat.com
Jiwa perjuangan para pahlawan dapat kita gali dari makna syair lagu Sunda legendaris yang sering kita nyanyikan sewaktu berada di bangku sekolah dulu. Semoga makna mendalam dari tembang 'Karatagan Pahlawan' gubahan pahlawan seni Sunda almarhum Mang Koko dapat menyegarkan kembali semangat kita. Silakan mendengarkan iramanya dengan meng-klik player yang terdapat dibawah lirik lagu.
Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX setelah selesainya peperangan Diponegoro, dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogyakarta menuju ke selatan. Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan sebagian ada yang meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya sekarang.

Mereka ini merantau dengan keluarganya dan ditempat baru menetap menjadi penduduk dan melanjutkan tata cara hidup dan pekerjaannya. Sebagian dari mereka ada yang ahli dalam pembatikan sebagai pekerjaan kerajinan rumah tangga bagi kaum wanita. Lama kelamaan pekerjaan ini bisa berkembang pada penduduk sekitarnya akibat adanya pergaulan sehari-hari atau hubungan keluarga. Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya.

Motif batik hasil Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna Garutan. Sampai awal-awal abad ke-XX pembatikan di Ciamis berkembang sedikit demi sedikit, dari kebutuhan sendiri menjadi produksi pasaran.

sumber: http://solobatik.athost.net/sejarah.php
Sok sanaos berita ieu tos lawas, tapi masih keneh cocog kangge janten bahan kaprihatinan urang sadaya. Hayu urang ngamumule budaya urang...

Kesenian Khas Ciamis Terancam

CIAMIS, (PRLM).- Beberapa kesenian tradisional khas Ciamis terancam punah. Sulitnya menemukan regenerasi menjadi salah satu kendalanya. Selain itu, maraknya kesenian modern yang merambah tatar galuh membuat kesenian tradisional semakin ditinggalkan oleh generasi muda.
Para wargi, aya anu nyungkeun lagu mars Ciamis di fanpage CIAMIS di facebook. Tetela geuning masih aya anu kagungan kereteg hoyong ngahaleuangkeun lagu kameumeut ieu. Mangga atuh kahatur laguna, kantun ngiring dihaleuangkeun teks syairna. Laguna aya dina player dihandapeun teks, kantun diklik player-na. Wilujeng ngahaleuang.

MARS CIAMIS
vokal: Melissa Fania

Pakena gawe rahayu
Pakeun heubeul jaya di buana
Ciamis natar udagan
Mapag mangsa datang
Nanjung tur gumilang
Mahayuna kadatuan
Kiwari ngancik bihari
Ayeuna sampeureun jaga
Geusan mahayuna ayuna kadatuan

Ciamis manjang manisna
Ciamis manjing dinamis
Pangharepan pangwangunan
Kukuh ajeg pribadi
Raharja lemah cai


Para wargi, di Tatar Galuh oge aya tradisi ngabatik anu tos lumangsung ti jaman kapungkur mula. Seueur urang Ciamis anu tinggaleun warta, kirang paos perkawis ieu. Nyanggakeun artikel nu dicutat ti Tribunjabar. Sumangga aos didieu atanapi tiasa dipaluruh di cangreudan ieu. Aos oge artikel pondok ngeunaan Sejarah Batik Ciamis.

Seperti halnya Tasikmalaya dan Garut memiliki tradisi turun temurun dalam sejarah kerajinan batik. Adanya yang menyebutnya sudah ada sejak Kerajaan Galuh berjaya. Tapi, yang pasti, ini sudah berlangsung sejak beberapa abad silam.

MESKI secara geografi, antara Ciamis, Tasikmalaya dan Garut merupakan daerah yang berdekatan dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keindahan Tatar Priangan, dalam tradisi kerajinan batik, ketiga distrik tersebut memiliki karakter dan corak batik yang berbeda.

Batik Garut yang dalam kamus perbatikan lebih populer disebut batik garutan lebih menonjolkan penggunaan warga krem dengan motif lereng (rengreng). Sedangkan tradisi batik Tasikmalaya lebih natural dengan pilihan warna dominan merah bata dan motif burung serta kupu-kupu menjadi pilihan.

Cita rasa batik Ciamis lebih sederhana dari batik garutan dan tasikan. Warna hitam dan putih begitu menonjol dengan paduan hitam dan coklat (saga). Pilihan motif daun dan parang rusak menjadi pilihan utama.

Ada yang menyebutnya batik ciamisan ini sebagai batik sarian dengan corak tidak terlalu ramai, simpel, namun elegan.

Batik ciamisan yang tampil sederhana tapi penuh wibawa tersebut sejalan dengan kiblat tradisi batik tulis di Ciamis lebih mengadopsi tradisi batik Yogkarta. Latar belakang sejarah kebesaran Kerajaan Galuh dan Keraton Yogja menjadi pemadu tradisi kedua daerah yang berjauhan ini.

Makanya jangan heran kalau batik tulis ciamisan lebih berkesan menak dengan dua motif utama yakni motif rereng eneng untuk bahan dasar baju dan motif rereng seno yang biasa digunakan untuk samping atau kain.

Memasuki zaman kiwari, tradisi batik tulis dari ketiga daerah tersebut kini nyaris tinggal nama. Kebesaran batik ciamis, batik garutan maupun batik tasikan sudah tenggelam dalam kemajuan zaman, terpuruk oleh kemajuan industri tekstil yang serba cetak termasuk industri batik cetak (printing).

Batik tasikan maupun batik garutan mungkin lebih beruntung, karena masih banyak pewaris tradisi turun temurun yang bertahan. Sisa-sisa aset kejayaan tradisi di Tasikmalaya masih berdiri kokoh seperti Gedung Mitra Batik di Jalan Mitra Batik yang kini sudah menjadi Toserba Yogja. Ada pula TK, SD dan SMK Mitra Batik maupun ruang VIP Mitra Batik di RSU Tasikmalaya. Koperasi Mitra Batik adalah bukti bahwa perajin batik di Tasikmalaya pernah berjaya dan menjadi penggerak ekonomi di kawasan Tatar Sukapura tersebut.

Ciamis sendiri juga pernah menikmati masa-masa jaya tradisi batik tulis seperti halnya Tasikmalaya. Ketika ratusan perajin batik di Tasikmalaya mendirikan Koperasi Mitra Batik pada awal tahun 1939. Para perajin batik di Ciamis juga tak ketinggalan dengan mendirikan koperasi Rukun Batik yang berbadan hukum Oprichtings Acte Batik Cooperatie Rukun Batik. H Abdul Majid, Sasmita, Suganda dan H Tamim, tercatat sebagai pelopor pendirian Koperasi Rukun Batik ini.

Bersama Koperasi Rukun Batik ini ratusan perajin batik di Ciamis menikmati masa jayanya di era tahun 1960-an sampai awal 1980-an. Dari sekitar 1.200 perajin batik yang ada di Ciamis waktu itu sekitar 421 perajin di antaranya menjadi anggota Koperasi Rukun Batik.

Batik hasil perajin di Ciamis dan Tasikmalaya dipasarkan tak hanya di tanah air tetapi juga sampai kenegeri tetangga, semenanjung Malaysia. Batik ciamis pun mampu bersaing di antara dominasi tradisi batik Solo, Yogja maupun batik Pekalongan. Bahkan bersama Koperasi Mitra Batik, Koperasi Rukun Batik merupakan penggagas bedirinya Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI).(andri m dani)

Menjadi Sarang Kapinis

PADA era boom batik tahun 80-an, para perajin batik ciamisan yang bergabung dalam Koperasi Rukun Batik tersebut berhasil membeli sejumlah aset bahkan sampai mendirikan pabrik kain bahan baku batik (cambrice) yang berdiri di Jalan Sudirman No 249 Ciamis. Pabrik ini sekaligus markas Koperasi Rukun Batik sampai sekarang.

Aset lainnya masih banyak berupa sekolah di Cikoneng atau klinik berobat di Imbanagara dan banyak lagi asset lainnya.

Namun sejak berkembangnya batik buatan pabrik (batik printing) dan dominasi warga keturunan dalam tata niaga batik pada tahun 1980-an, pertumbuhan batik ciamisan mulai menunjuk tanda-tanda surut. Terlebih setelah terjadi letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982 yang menyebabkan matahari nyaris tak terlihat selama setahun lantaran debu vulkanik yang tak hentinya menyembur. Para perajin tak bisa menjemur batik hasil gubahan mereka karena tidak cahaya matahari.

Suasana sulit terus berlanjut. Kelesuan membuat satu persatu perajin batik Ciamis menghentikan usaha mereka. Pada tahun 1997, ratusan perajin batik ciamisan resmi gulung tikar akibat krismon. Koperasi Rukun Batik pun oleng. Pabrik cambrice yang berlokasi di Jalan Sudirman Ciamis samping Kantor Samsat Ciamis tersebut sudah lama tak beroperasi.

Untuk tetap eksis, Koperasi Rukun Batik berupaya melakukan diversifikasi usaha, sejumlah usaha yang nyaris tak berurusan dengan batik ditempuh. Seperti beternak sapi potong, menyewakan gudang pabrik jadi gudang cengkeh, dan pada tahun 2005 lalu, halaman pabrik Camrice Rukun Batik di jl Sudirman No 249 Ciamis tersebut disulap jadi rumah petak untuk dikontrakan. Rumah kontrakan di kawasan elit ini menjadi pilihan banyak orang.

Jadilah Koperasi Rukun Batik menjadi bapak kos untuk banyak pengontrak dari berbagai profesi. Halaman luas di depan deretan rumah petak Rukun Batik tersebut pernah ditanami jagung dan cabe. Sementara Poliklinik Berobat di Imbanagara sekarang sudah menjadi komplek pertokoan yang mentereng, sedangkan eks gedung SMP Rukun Batik di Cikoneng di sisi jalan raya Ciamis-Tasikmalaya pernah jadi sarang kapinis.(andri m dani)

Hanya Satu yang Tersisa

MEMASUKI tahun 2000, perajin batik ciamisan yang masih eksis hanya tinggal seorang yakni H. Otong Kartiman (69) yang memiliki pabrik batik dengan bendera Bintang Pusaka di rumahnya di Dusun Ciwahangan Imbanagara.

H. Otong Kartiman mewarisi tradisi membatik ini dari orangtuanya, H. Abdul Majid yang merupakan salah seorang pelopor batik ciamisan pada tahun 1956. Saat itu H. Otong Kartiman masih sekolah di sebuah SMA di Yogyakarta, tapi oleh kedua orangtuanya yakni H. Abdul Majid dan Ny. Hj. Unah Siti Chodijah ia disuruh pulang untuk melanjutkan usaha batik keluarga tersebut.

Sampai kini, dari ribuan perajin batik ciamisan hanya H. Otong Kartiman ini yang masih mencoba bertahan. Ketika menjabat sebagai Bupati Ciamis (1099-2004) H. Oma Sasmita SH MSi pernah mewajibkan para pejabat eselon lingkup Pemkab Ciamis setiap hari Jumat. Dan kewajiban menggunakan batik ciamisan tersebut tak hanya berlaku di markas besar Pemkab Ciamis saja tetapi juga sampai ke kecamatan dan desa. Pada waktu itu, H. Otong Kartiman pun kebanjiran pesanan batik ciamisan.

Sekarang H. Otong Kartiman kembali menjalani usahanya dengan fokus utama pada batik cap atau printing untuk memenuhi permintaan pasar Tanah Abang, Surabaya dan Makassar. H. Otong dengan Bintang Pusaka nya kini memproduksi batik printing sesuai dengan keinginan pasar termasuk memenuhi permintaan batik untuk seragam sekolah. Sementara memproduksi batik tulis khas ciamis jarang dilakukan karena jarang yang memesan.

Tetapi bila ada pemesan, H. Otong dengan para penulis batik siap melayani pesanan meski butuh waktu yang lama dan harganya tentu lebih mahal. Usaha H Otong, kini diteruskan anak keduannya, Pepep Uking (49). (andri m dani)

link