Showing posts with label serba-serbi. Show all posts
Showing posts with label serba-serbi. Show all posts
Desa Winduraja adalah salah satu desa yang ada di wilayah Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis. Desa ini terletak pada ketinggian 500 meter diatas permukaan laut (dpl). Luas wilayahnya terbagi ke dalam dua bagian, luas wilayah pesawahan sebesar 64 hektar dan luas daratan sebesar 240 hektar. Jumlah penduduknya sekitar 5200 jiwa dengan komposisi pria dan wanita yang tidak jauh berbeda.

Menurut cerita naskah Parahyangan, Winduraja dipilih sebagai tempat pemusaraan tiga raja, yakni Raja Sunda Rakeyan Kendang, Raja Sunda Galuh Darmaraja dan Raja Darmakusumah, yang memerintah tiga Kerajaan, Sunda, Galuh dan Galunggung.

Keunikan desa ini ada pada jumlah tugu (rumah) di tiga kampung yang tidak berubah dari tahun ke tahun sejak dahulu. Seperti kampung Sindang Balong yang terdapat makam Arganata di Dusun Sukamulya, yang mempunyai 14 Tugu atau rumah (Kepala Keluarga). Atau juga Kampung Sawah Jati, dekat makam Cinuraja, di Dusun Margajaya, yang mempunyai tujuh tugu. Serta Kampung Kiara Koneng, yang terdapat makam Dalem Dungkut–utusan Kesultanan Cirebon, di Dusun Sukajadi, yang mempunyai 18 tugu.

“Teu nambih-nambih ti baheula oge, termasuk jumlah pendudukna,” ungkap Mamat Rahmat (47), warga Dusun Sukamulya, Desa Winduraja, beberapa waktu lalu.

Mamat menuturkan, di tiga kampung tersebut, secara alami penduduknya tidak bertambah, meskipun dia juga tidak merinci jumlah penduduk di setiap kampung unik tersebut. “Kalau ada pertambahan jiwa, secara alami akan ada yang keluar dari kampung tersebut,” ujarnya. Ketua Komunitas Galuh Etnik Winduraja, Atus Gusmara, mengatakan, di tiga kampung tersebut, tidak ada aturan tertulis atau aturan tidak tertulis soal batasan tugu dan jumlah jiwanya.

“Yang jelas secara alami ada proses seleksi alam, ini keunikannya,” ungkapnya.

Atus mengungkapkan, keunikan di desanya tersebut layak dijadikan cagar budaya, seperti di Kampung Kuta atau Baduy atau juga Kampung Naga.

“Saya yakin sekali, keunikan desa ini berkorelasi dengan kesejarahan,” pungkasnya. (DK/Koran-HR)

sumber: www.harapanrakyat.com

Apresiasi patut diberikan kepada mereka yang menaruh perhatian pada dokumentasi sejarah Ciamis dari masa ke masa. Sebuah foto dimuat pada laman jejaring sosial facebook, mengabadikan keberadaan bis Merdeka dan Perkasa, yang dulu sempat berjaya di jalanan sebagai moda transportasi publik yang diandalkan.

Masyarakat Ciamis pada tahun 80-an cukup akrab dengan keberadaan armada bis-bis tersebut, disamping nama-nama lain seperti bis Harum, Waspada, Gapuraning Rahayu, Aladdin dan sebagainya.

Merdeka memang kini sudah tak eksis seperti dulu dalam kancah transportasi antar kota dan menyusuri jalanan Ciamis. Perusahaan-perusahaan baru sudah bermunculan dan menjadi pilihan favorit pengganti untuk masyarakat, sebut saja salah satunya Budiman. Kualitas armada dan pelayanan menjadi ukuran masyarakat dalam menjatuhkan pilihan.

Apakah Anda pernah menjadi pengguna fasilitas bis Merdeka atau Perkasa dulu? Bagaimana dengan fasilitas armada bis masa kini, sudah lebih baikkah? Semoga...

(ditulis CiamisManis.com/pic credits: diCiamis/Bismania)

Puluhan tahun jadi petani, Titi (46) tidak pernah terkejut seperti yang dialaminya Sabtu (8/10/2011) siang. Saat menusukkan ujung golok ke tanah di bawah rumpun mantang (ubi jalar atau hui boled) di kebun samping rumahnya, warga Dusun Margadanu RT 02/07, Desa Margajaya, Kecamatan Sukadana, Ciamis, itu tak menyangka bahwa ia tengah menggali sebuah ubi jalar dengan ukuran raksasa.

"Awalnya saya kira ada gentong di simpan dalam tanah. Coba lihat, warna dan bulatnya seperti gentong. Setelah ditusuk ternyata tidak keras, makanya tanah terus saya gali," ujar istri Makmun (48) itu kepada Tribun.

Ia pun lantas meminta bantuan suaminya untuk meneruskan menggali tanah. Begitu tanah di sekitar "gentong" itu tergali, ternyata itu adalah ubi jalar alias hui boled dengan ukuran luar biasa besar. Satu rumpun ubi jalar yang dipanen hanya berisi satu ubi raksasa itu.

"Puluhan tahun jadi petani, baru kali ini dapat mantang sebesar ini," ujar Makmun.

Tentu saja temuan ubi jalar ukuran tak lazim ini membuat warga setempat heboh selama tiga hari terakhir. Bayangkan saja, ukuran hui boled itu sebesar gentong. Tinggi mencapai 45 cm, garis keliling satu meter, dan berat 21,5 kg (kira-kira seberat bocah usia tujuh tahun).

Menurut Makmun, tanah yang ditanaminya dengan ubi jalar tersebut merupakan lahan bekas rumah milik kakaknya, H Saun (50), yang kini menjadi bos kerupuk di Cakung, Jakarta.

"Di tanah ini sebenarnya masih banyak puing-puing, juga ada ubin di bawahnya. Tetapi ternyata tanahnya subur, lihat saja singkong dan pisang yang ditanam di sini juga subur, termasuk mantang yang kemarin dipanen," ujar Makmun.

Kata Makmun, tumbuhan yang berbuah mantang ukuran raksasa tersebut ditanam tujuh bulan lalu, merupakan ubi jalar varietas lokal yang gagang (jalar)-nya diminta dari Engking, tetangganya. "Saya sama istri tak pernah mimpi apa-apa. Tiba-tiba dapat mantang sebesar ini," katanya.

Kini mantang raksasa itu disimpan di rumahnya. "Kemarin Pak Camat juga nengok ke sini. Semua pada kaget, ada ubi jalar ukurannya sebesar ini. Ada yang bilang, ini mantang manohara," ujar Makmun sambil tertawa.

Meski aneh bin ajaib, Makmun belum berniat untuk menjual mantang hasil bercocok tanamnya tersebut. "Meski ditawar dengan harga sejuta pun tak akan dijual. Mau diperlihatkan dulu sama Kang H Saun. Nanti terserah beliau mau diapain," katanya.

Ubi mantang raksasa hasil bercocok tanam yang ditemukan tak jauh dari Komplek MTs Margadanu dan kandang sapi H Wasdi tersebut menjadi buah bibir warga.

Desa Margajaya sendiri, kata Sunarya, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Sukadana, merupakan salah satu sentra produksi ubi jalar di Kecamatan Sukadana. Total areal tanaman ubi jalar di desa ini sekitar 70 hektare dengan hasil produksi dijual ke pasar lokal, yakni Pasar Dongkal Ciilat. "Harga mantang sekarang cukup murah, hanya Rp 1.500/kg," ujarnya.

Menurut Sunarya, dalam sejarah pertanian di Sukadana, baru kali ini ada petani yang memanen ubi jalar yang ukurannya sampai seberat 21,5 kg. "Biasanya mantang yang paling besar hanya sampai setengah kilogram. Tapi ini 21,5 kg. Meski tumbuhnya kurang terawat, ditanam di lahan bekas rumah yang masih banyak puingnya. Tapi pasokan hara ke umbinya berjalan secara optimal," ujar Sunarya.

sumber: tribunnews.com

Ciamismanis.com kemarin menerbitkan foto 'sawah' diatas ini di laman facebook. Beberapa tanda jempol dibubuhkan dan menunjukkan kerinduan para fans page CIAMIS terhadap tanah kelahiran. Masalah muncul ketika kata-kata kunci 'luas sawah di ciamis' diketikkan di laman Google dalam rangka pencarian data pendukung foto. Ternyata data online belum tersedia di situs pencari terbesar tersebut! Pertanyaan yang muncul: mengapa bisa terjadi?

Ketersediaan data geografis Ciamis adalah sebuah keniscayaan di era global ini. Hal-hal dasar yang bisa diketahui secara online ternyata terkendala oleh minimnya informasi yang tersedia. Saat situs rujukan www.ciamiskab.go.id dikunjungi, ternyata yang muncul (saat itu) di layar hanyalah sebuah pesan singkat dengan huruf cukup besar: "Mohon maaf, situs ini sedang dalam pemeliharaan!"

Beberapa tembolok (cached) yang direkam Google umumnya berasal dari situs resmi pemkab dan hanya menunjukkan luas sawah pada beberapa kecamatan. Apakah tidak ada data valid luas sawah di Ciamis saat ini? Beberapa pihak akan dengan mudah menampik pertanyaan ini, karena institusi tertentu pastilah memiliki data vital tersebut. Masalahnya data tersebut masih sulit dijumpai di internet.

Berapa luas sawah di Ciamis? Satu berita di radartasikmalaya.com sekilas merekam jawaban atas pertanyaan tersebut. Sekretaris Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Kustini, pada Selasa, 31 Mei 2011 menyampaikan bahwa sawah tadah hujan di Kabupaten Ciamis memiliki luas lebih dari 13 ribu hektar, dan merupakan bagian dari luas sawah di Ciamis yang seluruhnya 51 ribu hektar. Sawah lainnya, menurutnya memiliki irigasi teknis dan setengah teknis, irigasi sederhana atau desa dari Pekerjaan Umum (PU) atau non-PU.

Kustini menyebutkan, luas sawah tadah hujan tertinggi —dari 36 kecamatan— yaitu terletak di wilayah Kecamatan Cimerak dengan luas sawah 1.369 hektar. Terluas kedua terletak di Kecamatan Banjarsari dengan luas 1.093 hektar dan terluas ketiga di Kecamatan Pamarican dengan luas 1.059 hektar.

Nah, pertanyaan kita tentang berapa luas sawah di Ciamis sudah terjawab, meski belum detail dan lengkap. Semoga ada pihak yang berbaik hati menuliskan komentar di bawah tulisan ini untuk melengkapi data yang dibutuhkan.
Saat berkendara dari Bandung menuju Pantai Pangandaran, Anda akan melewati berbagai lokasi di Kabupaten Ciamis. Di sana mulai dari atas perbukitan sampai pantai, rimbun pohon kelapa tidak putus.

Ciamis memang selayaknya Minahasa Utara yang dijuluki Negeri Nyiur Melambai. Namun, di Ciamis, rimbun kelapa tidak berubah jadi kue lezat klapertaart, tapi menumbuhkan industri arang dan tapas kelapa.
Berlebihankah jika dikatakan bahwa sebagian dari khazanah nama orang Ciamis akan punah? Mungkin tidak juga, sebab penggunaan mama-nama tersebut nyaris tidak pernah dilirik para orang tua lagi. Mengapa?
Dia seorang anak yang durhaka dan selalu membantah pada orang tua. Berbagai kesalahan selalu diperbuatnya dari mulai tidak taat sampai melawan terang-terangan kepada ibunya. Sikap tersebut menyebabkan sang ibu menjadi marah, sedih dan tidak ridho kepadanya. Itulah awal bencana yang tak pernah diduganya.
CIAMIS, (PRLM).- Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciamis kembali menolak pasien dengan jaminan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Kali ini, pasien yang ditolak jaminan SKTM-nya adalah Abdul Rohman (53) warga Dusun Karanganyar RT. 21 RW 8 Desa/Kecamatan Cigugur, Ciamis selatan.

Akibatnya, pasien terpaksa harus pulang ke rumahnya. Karena sakitnya parah, sepulang dari RSUD Ciamis, pasien meninggal di rumahnya, Kamis (21/4) sore, sekira pukul 17.30.
Para wargi, sok sanaos wartos anu dipublikasi dihandap ieu -anu dicutat tina PR Online- ngeunaan pamarentahan kota Banjar, tapi teu aya lepatna janten perhatosan urang. Eta lengkah walikota Banjar dina ngarekrut tanagi ahli ti Jakarta kangge memperkuat birokrasi, tangtos aya maksadna. Kumaha kinten-kinten di Ciamis?

Banjar 'Impor' Dua Pejabat BPK Duduki Posisi Eselon ll

BANJAR, (PRLM).- Dua pejabat dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dipastikan akan menduduki posisi eselon II di lingkungan pemerintahan Kota Banjar. Permintaan pejabat yang ahli dalam urusan manajemen keuangan tersebut, untuk mengantisipasi diberlakukannya standar akuntansi pemerintahan yang bakal diberlakukan mulai tahun 2015.
Haturan urang Ciamis, kumaha daramang? Hapunten mang Admin rada melid ngapdet blog ieu. Kaluli-luli ku urusan-urusan sanes, dugikeun ka ahirna blog teh siga bumi kosong dikantun juraganana hehe. Mangga nyanggakeun wartos enggal ti tatar Ciamis. Hapunten bilih pikasediheun...

CIAMIS, (PRLM).- Dibandingkan sareng wewengkon sanes, angka perceraian di Tatar Galuh Ciamis kalebet punjul. Saba'da boboran siam dugi ka tengah sasih Oktober, Pengadilan Agama Ciamis nyatet aya 507 kasus perceraian, atanapi naek kinten-kinten lima puluh persen dibandingkan sateuacana.

Naha enya, naha bohong? Naha ieu teh bukti ahengna misteri kanyaah Gusti, atawa bulat beulitna cara jalma neangan sensasi? Naha salah mun jalma ngadadak meunang rejeki, atawa kurang gawean lamun jalma sajagad nepi ka geunjleung ku earna beja?

Lah, kalahka lieur nya ngabandunganana. Cobi weh tengetan, cenah mah aya urang Ciamis nu kagunturan madu karagragan menyan bodas, diwaris rajakaya milyar-milyar ti Kiai urang Jember. Padahal eta wanoja can kungsi tepung, sok komo aya katalian getih atawa sekeseler duduluran jeung eta kiai. Asa siga dongeng nya?
Pembentukan Kabupaten Pangandaran Mulai Dikaji (link)
CIAMIS,(PRLM).-Sejak awal bulan September tim dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung terjun ke lapangan untuk melakukan kajian ilmiah tentang rencana pembentukan Kabupaten Pangandaran. Diharapkan pada bulan Oktober ini tim tersebut sudah dapat membuat kesimpulan tentang hasil penelitiannya.
"Untuk melakukan kajian ilmiah pembentukan Kabupaten Pangandaran, kita bekerja sama dengan tim ahli dari Unpad, yang di dalamnya juga melibatkan Unigal dan ITB sejak sepekan lalu sudah terjun ke lapangan. Mereka mengumpulkan data teknis yang ada di 10 kecamatan yang ingin bergabung dengan Kabupaten Pangandaran," tutur Kepala Bappeda Ciamis, Tiwa Sukrianto, Minggu (14/9).
Tim peneliti, lanjutnya, selain mengumpulkan data teknis seperti jumlah penduduk, luas wilayah, potensi wilayah dan berbagai hal lainnya. Juga meneliti sarana dan prasarana penunjang yang ada, termasuk sosial kemasyarakatannya.
Tim pengkaji, melibatkan tujuh ahli, yakni enam di antaranya dari Unpad, dan satu ahli lainnya dari ITB. Ketujuh ahli tersebut, meliputi ahli pemerintahan, statistik, planologi, ekonomi pembangunan, kependudukan, keuangan publik, dan sosial politik.
"Selain itu juga melibatkan empat asisten tenaga survei lapangan. Termasuk tim pengkaji lokal dari Bappeda, Presidium dan Unigal," tambahnya.
Mereka disebar ke 10 kecamatan yang akan masuk dalam Kabupaten Pangandaran, yakni Kecamatan Kalipucang, Padaherang, Cimerak, Cigugur, Cijulang, Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Mangunjaya dan Langkaplancar.
"Hasil kajian nanti akan dapat diketahui apakah pembentukan Kabupaten Pangandaran memenuhi persyaratan atau tidak. Termasuk saran dan hal lain yang masih termasuk dalam wilayah kajian ilmiah. Sepenuhnya kita serahkan kepada tim ahli tersebut," katanya.(A-101)***