Berpisahnya 10 kecamatan menjadi kabupaten baru secara otomatis juga menghilangkan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari wilayah tersebut, meski pejabat terkait cenderung menyatakan berkurangnya PAD tersebut sebagai 'tidak terlalu berpengaruh'. PAD Pangandaran konon diproyeksikan menyumbang Rp 17 milyar dari target PAD Ciamis sebesar Rp 95 milyar. Kabupaten Ciamis kini 'dipaksa' untuk mengubah fokus pembangunan dengan lebih mengedepankan potensi lain yang sudah ada.
Pengamat kebijakan publik yang kini menjadi walikota Banjar, Dr. Herman Sutrisno, menyatakan melalui media bahwa Ciamis harus mengubah orientasi pembangungan dan rencana strategisnya, dengan lebih fokus pada pengembangan wilayah utara. Daerah-daerah sentra agro, termasuk diantaranya peternakan, harus mendapat perhatian lebih banyak, karena Ciamis memiliki kekuatan di bidang tersebut.
Banyak pihak berharap dengan berkurangnya cakupan wilayah, ditambah dengan pengembangan potensi yang sungguh-sungguh oleh pemerintahan yang kuat dan bersih, dan peran serta masyarakat yang lebih aktif, akan melahirkan kembali Ciamis yang jauh lebih baik.
![]() |
foto:bisnis-jabar.com |
Pengembangan pertanian dan peternakan diharapkan akan jauh lebih pesat jika pemkab Ciamis 'terpaksa' memberi perhatian lebih besar dan intensif dalam mengawal perkembangan sentra-sentra produktif tersebut. Sudah saatnya pemkab lebih mengambil posisi sebagai bidan yang membantu melahirkan usaha-usaha kreatif dan produktif baru. Bergeraknya ekonomi produktif adalah sumber peningkatan PAD.
Pengembangan pertanian dan peternakan akan menjadi komponen utama disamping sektor-sektor lain yang masih mungkin dikembangkan di wilayah Ciamis.(***yzk/CiamisManis.com)
0 komentar:
Post a Comment