Ketika Petani Lakbok Bersuara

Hujan mulai turun, bumi yang kering mulai mendapat kesegarannya kembali. Kehadiran curah hujan menjadi obat rindu bagi mereka yang mengalami berbagai kesulitan akibat kemarau dan sulitnya mendapat air.

Tetapi masalah tidak hilang begitu saja dengan kehadiran hujan. Setidaknya itulah yang coba disuarakan oleh seorang petani lakbok di laman fp CIAMIS. Sang petani mengeluhkan perhatian pihak terkait yang kurang, sehingga permasalahan para petani di sebagian wilayah Lakbok seolah terabaikan.


Ia mengutarakan ironi posisi Lakbk yang konon lumbung penyangga pangan Ciamis, tetapi pada saat kemarau sawahnya harus mengalami kekeringan sehingga terpaksa membeli air. Biaya membeli air tidaklah murah, seharga 80 kg padi untuk sawah 100 ubin. Malangnya, setelah hujan turun ternyata bahaya banjir mengancam lahan sawah mereka.

Saat ditanya mengenai harapannya pada pemerintah, ia mengharapkan pihak terkait untuk turun ke lapangan dan melihat langsung kondisi pengairan sawah di wilayah Lakbok. Ia berharap pemerintah lebih tanggap atas permasalahan yang dialami para petani.


Kehadiran pemimpin yang rajin turun langsung ke lapangan rupanya menjadi semacam kerinduan massal yang menyebar cepat akhir-akhir ini, terutama sejak kemunculan gubernur baru DKI Jakarta. Kehadiran para pejabat dan pemimpin yang rajin berkunjung ke lapangan dan menjalin komunikasi intensif dengan warga merupakan sarana efektif dalam membangun saling pengertian dan kerjasama untuk membangun wilayah.

Apa komentar Anda?

(CiamisManis.com)

0 komentar:

Post a Comment