Menantang Maut Demi Hidup, Kisah Pemeriksa Jembatan Cirahong Ciamis
Apa yang dilakukan Udung (43) warga Panyingkiran, Ciamis bukan tanpa resiko. Namun demi kelangsungan hidup dan keselamatan masyarakat banyak pekerjaan berat itu dilakoninya.
Pekerja harian lepas itu bertanggungjawab terhadap kondisi jembatan Cirahong yang menghubungkan Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Tiap tahun ia diwajibkan untuk memeriksa kondisi jembatan. Ia pun rela bergelantungan baik di bantalan rel kereta api atau di bawah jalur jalan kendaraan, untuk memeriksa kondisi baja antar pangkal jembatan.
Kebutuhan untuk tetap melangsungkan hidup menjadi modal utama untuk tetap melakoni pekerjaan berat tersebut. Pekerjaan yang beresiko tinggi itu Udung geluti sejak tahun 1991 silam. Bukan hanya jembatan Cirahong yang menjadi tanggungjawabnya, tetapi semua jembatan kereta api dari Kota Banjar hingga Bandung.
Dengan berbekal seutas tali pengaman, yang diikatkan di pinggang, Udung bergelantungan untuk memeriksa kondisi baja antar pangkal di dua tiang jembatan.
Seperti yang terlihat pada Selasa (15/5), Udung bergelantungan untuk mengecat bantalan tiang jembatan bagian atas. Hal itu dilakukan setelah sebelumnya memeriksa kondisi baja penyangga jembatan.
Untuk kemanan saat bekerja ia memilih menggunakan celana pendek, karena kalau memakai celana panjang tidak leluasa bergerak. Pengecatan sendiri dilakukan dengan cara 'ngadapang' di bahu bantalan atau bergelantungan.
"Untuk kondisi jembatan masih stabil belum ada yang rubah, kalau ada yang mencurigakan sedikit saja saya langsung laporkan ke Perusahaan Kereta Api," katanya.
Untuk pemeliharaan rutin tahunan ia dibantu rekan kerjanya Usman (45) warga Cihaur Manonjaya. Hanya saja tugas Usman tidak dibagian atas melainkan dibagian bawah saja.
"Ingis lalewang teu sanggem kedah di luhur mah," kata Usman yang mengaku baru pertama kali ikut bekerja bersama Udung. Ia mengaku sudah terbiasa bergelantungan diatas jembatan Cirahong, Bukan hanya mengecat bagian bahu jembatannya saja, tetapi juga mengecat baja jembatan.
Selama bergelantungan Udung mengaku tidak pernah merasa 'palaur' tetapi biasa saja, termasuk ia pernah berada di atas jembatan saat kereta api melintas. Memilih tetap di atas karena tanggung sedang bekerja. Mereka rela dibayar sebesar Rp 50 ribu untuk satu hari kerja.
sumber: kabar-priangan.com
0 komentar:
Post a Comment